Pernah enggak melihat seseorang berpenampilan menarik tetapi setelah dikenal lebih dekat ternyata hidupnya enggak semenarik penampilannya.
Nih ada teman saya waktu mahasiswa dulu orangnya tegap badan besar. Agar terlihat lebih keren dan gagah, ia sengaja selalu mengenakan baju kebesaran hitam dengan menggunakan cincin besar pula. Apa yang terjadi, ketika datang langsung disambut bak seorang guru besar haha.. saya sih lucu aja melihatnya. Apa yang ia katakan?. Jatidiri itu hanya masalah framing, Nah lho..
Di kehidupan bersosial, masyarakat memiliki beragam cara menilai seseorang. Untuk itu, perlu adanya antisipasi untuk membendung penilaian masyarakat tersebut.
Apalagi jika kita berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Misalkan kita orang terpelajar namun waktu yang dihabiskan masih banyak berada pada lingkungan masyarakat. Ada kemungkinan, diantara masyarakat ada yang mengatakan 'lah ko sekolah tinggi-tinggi. Kerjaannya kaya gini juga'.
Antisipasi dini dari penilaian itu perlu kita lakukan untuk menumbuhkan rasa semangat untuk tetap menjalankan kehidupan sedia kala.
Nah. Salahsatunya dengan Framing tadi. Secara umum orang akan menilai atas apa yang mereka lihat. Seperti berpakaian frontal, orang menilai ugal-ugalan, padahal belum tentu. Tetapi kita sebagai anggota masyarakat ya tentu mesti menerima penilaian yang ada.
Karena hidup ibarat pepatah mengatakan 'cermin tidak menampakan orang lain'.
Nyatanya orang-orang secara garis besar hanya melihat dari apa yang ia lihat. Entah cara berpakaiannya, cara berbicara, cara bersosial, dan cara bersikap.
Bukankah ini adalah framing?. Ya.. coba kita bayangkan bahwa berarti jika demikian setiap orang bisa kemungkinan membungkusnya agar terlihat bagus di depan mata orang. Bisa jadi kan..??
Inilah yang aku sebut framing. Orang lain terlihat gagah berdasi, pakaian rapih belum tentu serapih hidupnya. Begitu pula sebaliknya.
Seperti sopir angkot memanggil Haji pada orang dipinggir jalan yang menggunakan peci putih. Apakah orang tersebut benar sudah naik Haji?. Atau jangan-jangan ia hanya kebetulan memakai peci putih saja.
Bahwa penilaian yang orang lain sampaikan kepada kita adalah klise kehidupan. Kita bisa membungkusnya dengan framing untuk menunjukkan jati diri kita.
Berarti sama saja berbohong dong.? Kalau menurut aku, sepanjang ia positif untuk kehidupan kita dan tidak merugikan orang lain tidak ada masalah. Karena pun orang terhadap kita, belum tentu ia menunjukkan jati diri yang sebenarnya.
Kecuali pada orang-orang terdekat yang memang sudah kamu kenal. Jangan gunakan framing ini terhadap mereka. Karena mereka yang selalu menyemangati setiap langkah jalan kehidupan ke arah yang lebih baik lagi ke depan.
Framing untuk membungkus diri agar lebih pede menjalani hidup, lebih berani, lebih ramah, lebih dari sekedar menjadi diri sendiri.
0 Comments