Suku Baduy Bukan Orang Serang Pengasingan Sultan Hasanuddin Banten. Wawancara Suku Baduy Dalam


Dari maraknya cerita yang beredar, penulis beserta teman2 lainnya berhasrat untuk mengungkap kebenaran cerita tersebut.

Namun sebenarnya hal tersebut bukanlah tujuan utama. Kami hanya ingin mengenal daerah suku baduy yang dianggap masih asri dan alami.

Pada tanggal 5 oktober 2016 lalu kami berangakt dari bojongmanik. Yang kebetulan ada teman akrab kami yang tinggal disana.

Jam 8 tepat kami sampai di terminal Ciboleger. Kami langsung takjub dengan keadaan panorama alam serta uniknya perkampungan baduy.

Dari jalan setapak yang disuguhi susunan batu tanpa pahatan serta jembatan gantung dari bambu dan akar pohon. Membuat perjalanan semakin menyenangkan.

Untuk menuju ke kampung baduy dalam memang cukup jauh. Kami harus melewati beberapa kampung baduy luar.

Menurut orang baduy setempat saat kami bertanya, kampung baduy dalam hanya ada 3 kampung. Paling dekat adalah kampung Cibeo.

Kampung Cibeo inilah yang sempat kami singgahi.

Sebenarnya kami ingin melanjutkan perjalanan sampai ke kampung yang paling dalam yaitu kampung CiKesik, namun waktu menunjukan sudah jam 3 sore. Sehingga kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.

Kesan pertama yang kami dapatkan adalah ternyata mereka senang dengan kehadiran pengunjung. Beberapa orang kampung dalam yang berpakaian putih langsung mempersilahkan kami untuk beristirahat di rumah mereka.

Bahkan diantara mereka yang masih membuat kerajinan tangan dari alam langsung menyodorkan kerajinan mereka untuk kami beli. Tentu saja kami antusias membelinya.

Sedikit kami berbincang dengan mereka. Dan menanyakan apakah benar mereka dulunya adalah orang Serang yang diusir oleh Sultan Hasanuddin. Atau memang penduduk yang berasal dari pasukan Siliwangi.

Mereka menjawab bahwa mereka tinggal di dalam hutan karena tidak mau kerja paksa pada saat penjajahan Belanda.

Satu-satunya jalan menurut mereka untuk menolak permintaan Belanda adalah dengan cara kabur ke dalam hutan sedalam-dalamnya, agar tidak ditemukan oleh Orang Belanda.

Dan ketika kami tanyakan kebenaran tentang 40 Keluarga saja yang hidup di Kampung Baduy Dalam.

Mereka menjawab, itu hanya untuk mengelabuhi Belanda. Mereka khawatir jika disampaikan informasi yang sebenarnya, perkampungan mereka akan dimusnahkan.

Dengan mengatakan hanya 40 Keluarga saja, sehingga orang luar atau Belanda pada saat itu yang sedang mencari orang pribumi untuk dijadikan pekerja paksa, tidak lagi berkeinginan untuk memperkerjakan mereka. Sebab jumlah yang sedikit.

Nah.. teman-teman ternyata dugaan kami salah selama ini yang beranggapan bahwa mereka adalah titisan Siliwangi atau orang-orang yang menolak Islam saat Sultan Hasanuddin berkuasa.

Mereka justru mengatakan dengan tegas mereka adalah warga sekitar yang dengan berani menerobos hutan rimba demi keberlangsungan hidup merdeka tanpa ada penjajahan.

Namun, jikapun benar apa yang beredar berita diluar tentang mereka. Maka kami mendapatkan informasi yang salah dari salahsatu Orang Baduy sendiri. Padahal kami percaya bahwa orang Baduy apalagi baduy Dalam sangat menjunjung Tinggi kejujuran. Wallahu a'lam.

Post a Comment

0 Comments